Rabu, 25 Juli 2018

Drama Pagi hari

Adzan subuh pagi ini membangunkanku dari lelapnya tidur malam. Beranjak turun dari peraduan langsung ke kamar mandi. Seperti biasa rutinitas pagi ini, yang tak biasa adalah karena pagi ini kami hanya bertiga. Mas Budi suamiku pergi keluar kota untuk urusan tertentu yang sudah terjadwal. Berhubung tak ada yang mengantar kamipun akan berangkat sekolah bertiga, pikirku berencana. Ketika tiba saatnya untuk sarapan mulailah drama itu terjadi. 

Di Sekolah Putri kami dianjurkan untuk membawa bekal dari rumah karena selain lebih hemat pasti lebih sehat ketimbang mereka jajan sembarangan. Mereka sudah terbiasa mandiri untuk urusan-urusan semacam itu. Si kakak yang sudah rapi membereskan wadah bontotannya, si adekpun mengikuti si kakak. Tetiba terdengar ribut-ribut dari arah dapur, akupun segera melihat apa gerangan yang terjadi. Ternyata eh ternyata si adek yang super manja karena merasa anak paling kecil dan memang dia anak paling kecil di rumah kami paling tau semua sayang kepadanya mulailah menunjukan keegoisannya. Tempat bontot yang sudah disiapkan kakak diclaim untuknya. Sementara si kakak yang merasa sudah bersusah payah membereskan semuanya pun tak mau memberikan tempat bontot yang diminta adiknya.

Aku berusaha menjelaskan bahwa adik tak boleh meminta paksa apa yang sudah dipakai oleh orang lain. Tapi dasar keras kepala si adik bersikeras ingin tempat bontot itu. Seperti habis akal aku pun minta kakak untuk berangkat lebih dulu supaya tidak terlambat. Ternyata butuh waktu 30 menit untuk membuat nona kecilku tenang dan bisa berangkat sekolah. Sambil berjalan kurangkul pundak kecilnya dan berbincang, berharap nona kecil memahami bahwa kelakuannya pagi ini adalah sebuah kesalahan. Berjanji menjemputnya siang nanti kamipun berpisah untuk tujuan masing-masing. 


0 comments:

Posting Komentar