Aishah
lah namanya
Gadis
kecil putri Maisarah cucu Emak Sum
Tumpahlah
segala dera dendam kesumat
Derita
dibawa semenjak lama
Diturunkan
semula anak beranak hingga ke cucu
Perkara
satu belum lagi usai tertimpa sudah yang lain
Tersimpan
rapi hingga terbawa ke liang kubur
Penyebab
silau dunia merajai hidup hati seorang wanita
Berdua
cinta akan seorang lelaki
Merasa
diri pantas dari yang lain sampai hati merusak cerita cinta yang sudah ada
Berasa
diri sanjungkan harta dan kekuasaan merusak hati sendiri
Dendam
itu masih ada Norlia
Kau
lihatlah di mataku, kau lihatlah ke dalam hatiku
Suatu
sore nanti kau kan rasa sama pula
Mungkin
sama pedih atau bisa sangat pedih
Ketika
lelakimu diperangkap di sarang madu
Kaulah
sebab, ada dua atau tiga atau empat atau lebih hati merana
Kilau
itu benar-benar kemilau menyilau silau
Maisarah
hatinya rapuh, ia bukan wanita kuat
Ia
sayangkan Aishah dengan caranya
Merana
serana-rananya, derita mendera jiwa raganya
Hatinya
kosong dengan kasih, hatinya penuh kesumat
Jiwanya
tergagap menjerit ingin lepas, namun ikatan itu sangat erat
Maisarah
menangis, Aishah menangis
Dalam
nestapanya dengan kasihnya yang sederhana
Kerap
berlari ke pintu surau, menjadi tempat paling damai, terlepas sejenak dukanya
Tempatnya
mengiba, untuk pintu hati emak yang dirindui mesra
Berulang
kali mengharap menghiba kasih emak dan ayah
Pintu-pintu
itu berkunci berkarat, seakan takkan lagi pernah akan terbuka
Kesumat
itu, kesumat itu bagai gunung beku yang tak leleh oleh hangat cinta Aishah
Iqbal,
abaikan Emak yang merindu cinta Norain menjaga dan merawat
Ia
tetap hati menyimpan rindu kasih Emak Sum untuk gadisnya
Yang
karena terlanjur sudah terikat dengan tambat yang tak seharusnya direncana
Mak
Sum tersenyum namun kecut terbawa hingga ajal menjemput
Mak
Sum cerita akan perangkap madu pembawa duka lara anak gadisnya, Maisarah
Ia
tau sang panjaga akan teguh menjaga hingga ketika waktu yang ditetapkan tiba
Iqbal
memegang teguh janji, menjaga yang patut dijaganya
Bercerita
tentang segala derita hati kekasih yang tak pupus dicintanya dengan lelaki
perebutan
Tanda
hormatnya akan tali suci yang merantai Maisarah
Lelaki
itu tersambar petir mendengar cerita sang pemuda yang bunga hatinya dipetik
paksa
Norlia
menyerah, memohon ampun duka lelaki tersayat bersama
Berjanji
membuka hati untuk gadis kecil Aishah, esok kan menjemput selepas subuh
Aishah
meski dalam gigilnya, tetap penuh harapnya akan pintu yang terbuka
Ceria
riang sejenak dengan kado telekung putih kecil yang dirindu sejak lama
Riang
hati dalam doanya untuk sebuah kasih yang tak biasa
Yang
bercerita pada sehelai kertas putih berbalut warna pewarna tua
Aishah,
engkau gadis kecil perkasa
Hidup
dalam dera jiwa raga, dengan cinta yang tak biasa
Kesumat
itu telah membakar kasih sayang emak, yang mulai redup tersentuh tetesan embun
sejuk meresap hati
Aishah
kecil yang larut dalam sujud subuhnya, dipangku emak telah beku
Aishah
kecil itu yang doa-doanya telah diijabah, kini didekap emak, makcik dan ayahnya
yang meratap seratap ratapnya tanpa geming
Aishah
kecil itu tak kan ada lagi deritanya, tak kan ada lagi rintihannya
Aishah
kini telah menemukan bahagia seperti ceritanya pada kertas putih itu dalam
dekapan kasih abadi Sang Penguasa hidupnya
@De
#Jaranguda 23-08-2018
(hingga
dini hari dengan tetesan air mata. Kisah yang ditulis oleh Zamri Zakaria fdam
dalam “Walau Siapapun Aku”)
0 comments:
Posting Komentar