Kamis, 30 Agustus 2018

Ode untuk ma'am Oriza

ada gigil yang tak biasa saat memandang wajah dalam foto itu
aku terdiam
teringat janji esok kan jumpa
kini bagai tertimpa bongkahan karang
sesaknya terasa membirukan
teman, kemarin adalah akhir sua kita
begitu yang telah tertulis di sana
tertoreh sebagai kenangan
teman, meskipun tak banyak kisah yang bisa diurai
kau telah menjadi bagian kepingan indah dalam hati kami
kini telah usai kisahmu, telah cukup baktimu
terima kasih telah menjadi bunga untuk bangsa ini, selamat jalan ma'am

@De  #Jaranguda 30-8-2018
(Kejutan yang mengharu biru dari seorang teman)

Kosong

Kali ini aku ingin bicara
ya, bicara apa saja
Kali ini hanya aku yang bicara
Eit stop, kau diam biar aku yang bicara
Tetaplah disitu jangan beranjak sedikitpun
Kali ini hanya aku yang boleh berbicara
Kau dengarkan saja
Jangan komentar
Dengarkanlah saja

Ada sesak yang memenuhi disini, iya di dada ini
Ada kosong yang melompong
Aku tak tau dari mana rasa itu, yang aku tau rasa ini membuatku hampa

Ada lelah yang tak terganti, ada jemu yang tak bisa ku kuasai, ada asa yang kian menipis, sepi
Aku seperti kehilangan kemudi, Aku oleng

Merindu tapi bukan merindu
Sepi bukan menyepi
Sepi yang teramat dalam, dingin dan kelam

kemana senja yang memerah?
kemana semerbak mewangi bunga kopi yang mekar pagi tadi?
kemana perempuan perempuan pemetik merahnya kopi?
kemana???
semua seperti hilang
hilang bersama gemuruh hati yang menjadi sepi
sepi yang dingin dan membeku

adakah hangat itu akan muncul dari timur
atau beku itu menjadi keabadianku?
hati yang pilu dan membiru

@De  #Jaranguda  30-8-2018
(Sepi meski tak sendiri)

Senin, 27 Agustus 2018

Antara Kau dan Dia

Ketika gundah gulana mengapa aku ingat Kau, harusnya aku mengingat Dia
Ketika merindu, harusnya yang kurindu adalah Dia bukan Kau
Kau memberiku rasa sepi yang dalam, dan Dia memberiku rasa damai penuh kesejukan, tapi Kau paling sering hadir
Aku ingin Dia yang hadir bukan Kau
Kau memporak porandakan hati yang rapuh dan Dia menata kembali serpihan serpihan itu
Kau membuat aku menjauhi Dia, tapi Dia mampu dan bisa mendekatkanku untuk Kau
Meskinya Hati ini dicukupkan dengan Dia yang punya dan mampu melakukan segalanya
Namun mengapa aku masih mencari Kau
Kau dengan semua kelemahan dan kekurangan sementara Dia dengan segala kelebihan yang tiada tandingnya
Dengan Dia aku tak perlu bercerita
Kau adalah nyata dan Dia antara ada dan tiada
seperti bayangan, dekat namun tak tersentuh
@De  #Kama_setengah_jam_an_Berastagi_Kabanjahe_ojolali_saat_perut_menuntut_hak_nya   27-08-2018

Jumat, 24 Agustus 2018

Untuk Nink (Mo Curhat Bunda)

aku kangen bunda, sudah banyak kusimpan cerita.
apalagi tentang dia, ah dia
porak poranda hatiku tercabik pesonanya,
dia, gak bisa ku lupa bunda
sudah pernah kucoba melupakannya, semakin pula bertambah dekat dia dipelupuk mataku.
sudah pernah kucoba menghilangkan bayangannya, semakin terasa gila dia menjelma mengikuti kemanapun, dimanapun.
bunda, kapanlah kita bisa jumpa bunda?
telah habis cara aku untuknya
ah, seperti gila aku dibuatnya
bunda
apalah dayaku jika jiwa tak berpihak pada jasadku
jiwaku melayang merindu tapi jasadku beku disini
@De #Kama_11km_ke_Jaranguda  24-08-2018
(untuk yang selalu dihantui rindu karena “kau_tak_sempat_tanyakan_aku,_cintakah aku padamu”) #pinjam kalimatnya ya Buncit#

Kamis, 23 Agustus 2018

Kasih yang tak biasa, Aishah kecil


Aishah lah namanya
Gadis kecil putri Maisarah cucu Emak Sum
Tumpahlah segala dera dendam kesumat
Derita dibawa semenjak lama
Diturunkan semula anak beranak hingga ke cucu

Perkara satu belum lagi usai tertimpa sudah yang lain
Tersimpan rapi hingga terbawa ke liang kubur
Penyebab silau dunia merajai hidup hati seorang wanita
Berdua cinta akan seorang lelaki
Merasa diri pantas dari yang lain sampai hati merusak cerita cinta yang sudah ada
Berasa diri sanjungkan harta dan kekuasaan merusak hati sendiri
Dendam itu masih ada Norlia
Kau lihatlah di mataku, kau lihatlah ke dalam hatiku
Suatu sore nanti kau kan rasa sama pula
Mungkin sama pedih atau bisa sangat pedih
Ketika lelakimu diperangkap di sarang madu
Kaulah sebab, ada dua atau tiga atau empat atau lebih hati merana
Kilau itu benar-benar kemilau menyilau silau

Maisarah hatinya rapuh, ia bukan wanita kuat
Ia sayangkan Aishah dengan caranya
Merana serana-rananya, derita mendera jiwa raganya
Hatinya kosong dengan kasih, hatinya penuh kesumat
Jiwanya tergagap menjerit ingin lepas, namun ikatan itu sangat erat
Maisarah menangis,  Aishah menangis
Dalam nestapanya dengan kasihnya yang sederhana
Kerap berlari ke pintu surau, menjadi tempat paling damai, terlepas sejenak dukanya
Tempatnya mengiba, untuk pintu hati emak yang dirindui mesra
Berulang kali mengharap menghiba kasih emak dan ayah
Pintu-pintu itu berkunci berkarat, seakan takkan lagi pernah akan terbuka
Kesumat itu, kesumat itu bagai gunung beku yang tak leleh oleh hangat cinta Aishah


Iqbal, abaikan Emak yang merindu cinta Norain menjaga dan merawat
Ia tetap hati menyimpan rindu kasih Emak Sum untuk gadisnya
Yang karena terlanjur sudah terikat dengan tambat yang tak seharusnya direncana
Mak Sum tersenyum namun kecut terbawa hingga ajal menjemput
Mak Sum cerita akan perangkap madu pembawa duka lara anak gadisnya, Maisarah
Ia tau sang panjaga akan teguh menjaga hingga ketika waktu yang ditetapkan tiba

Iqbal memegang teguh janji, menjaga yang patut dijaganya
Bercerita tentang segala derita hati kekasih yang tak pupus dicintanya dengan lelaki perebutan
Tanda hormatnya akan tali suci yang merantai Maisarah
Lelaki itu tersambar petir mendengar cerita sang pemuda yang bunga hatinya dipetik paksa
Norlia menyerah, memohon ampun duka lelaki tersayat bersama
Berjanji membuka hati untuk gadis kecil Aishah, esok kan menjemput selepas subuh

Aishah meski dalam gigilnya, tetap penuh harapnya akan pintu yang terbuka
Ceria riang sejenak dengan kado telekung putih kecil yang dirindu sejak lama
Riang hati dalam doanya untuk sebuah kasih yang tak biasa
Yang bercerita pada sehelai kertas putih berbalut warna pewarna tua
Aishah, engkau gadis kecil perkasa
Hidup dalam dera jiwa raga, dengan cinta yang tak biasa
Kesumat itu telah membakar kasih sayang emak, yang mulai redup tersentuh tetesan embun sejuk meresap hati

Aishah kecil yang larut dalam sujud subuhnya, dipangku emak telah beku
Aishah kecil itu yang doa-doanya telah diijabah, kini didekap emak, makcik dan ayahnya yang meratap seratap ratapnya tanpa geming
Aishah kecil itu tak kan ada lagi deritanya, tak kan ada lagi rintihannya
Aishah kini telah menemukan bahagia seperti ceritanya pada kertas putih itu dalam dekapan kasih abadi Sang Penguasa hidupnya



@De #Jaranguda 23-08-2018
(hingga dini hari dengan tetesan air mata. Kisah yang ditulis oleh Zamri Zakaria fdam dalam “Walau Siapapun Aku”)

Minggu, 12 Agustus 2018

Terlupa nuansa


semburat sinarnya, ada semangat luar bisa terpancar
meski sebentar lagi hilang bersama datangnya gelap

ada gelora yang sama di hati ini
ketika membaca sebuah pesan sahabat jauh yang sangat tulus
mengingatkanku akan sebuah nuansa
ah aku terlupa akan ia

semburat itu mengalirkan indahnya
menyelusup ke jiwa
memancarlah
memancar pasti lebih indah dari pada menutupkan kelopak

teranglah
karena terang memberikan hangat
semesta rindukan hangatmu
untuk  mekarkan bunga kopi yang menitipkan putik menguning

kembangkanlah
dengan mengembang kau mengepak
kepakkanlah sayap-sayap itu karena dengan mengepak kau akan terbang
terbanglah, lihat dunia dari sisi yang berbeda
meski senjamu akan menanti diufuknya

@De #Bus_Sutra_Medan_Berastagi  12-08-2018
(istimewa untuk inspirasikU n’ senja)


Rabu, 08 Agustus 2018

Sebuah Pesan Bercerita Kepada Sahabat


Setiap kali kubuka lembaran itu meski sudah ribuan kali
Setiap kali pula getar halus itu mengalir melewati relungku
Mengapa? Pertanyaan yang tak pernah kutemukan jawabannya

Kau telah memesonaku, meski dalam diam
Kau telah menoreh goresan halus tipis namun sering kali perih
Kau mungkin tak tau itu

Ada kalanya aku ingin membaca tulisanmu, tentang senja yang indah
atau tentang semerbak wangi bunga kopi dari kebun dibelakang rumahmu
atau tentang harum nikmat kopi yang kau seduh
Tapi seperti akan tumbuh jamur dimataku menantikan itu
Ah kau sungguh seperti misteri

Ada kalanya ketika aku ingin melupakanmu, kau malah hadir berceloteh
Tentang malam yang berwarna ungu  atau tentang bintang gemintang yang menemani rembulan memancarkan cahayanya

Kau tau kan, malam itu panjang
Aku ngantuk, kau malah memintaku menghitung bintang yang jatuh
Ah seperti tak berperasaan

(sepenggal kisah tentang Sahabat yang jauh, terinspirasi dari pesan yang hanya dibuka mungkin tak dibaca apalagi dibalas. Seolah berpesan “pahami aku, bunuh keegoisanmu”)

@De  #Jaranguda  08-08-2018

Minggu, 05 Agustus 2018

Kehilangan


Sebuah kata yang pasti sulit diterima, namun kata itu selalu akan datang
Terkadang malah datangnya tanpa pesan, sehingga kita belum sempat latihan
Kehilangan, kata itu sederhana namun sangat bisa memporak-porandakan seluruh jagat

Yang gendut aja bisa jadi kurus, yang waras kehilangan kewarasannya
Yang bening jadi kusam, yang jernih jadi keruh
Yang sehat jadi sakit

Ah sebuah kata yang menjadikan ketegaranku goyah, menghantam jiwa
Menyisakan luka, menderaikan tangis, membisukan renyahnya celoteh 
Meskipun sebenarnya kata itu sudah ku hapal-hapal sejak silam
Kata yang kini bergerilya menyusupi merahnya hati, menitipkan putih salju, membekukan

Kehilangan itu ternyata laksana angin yang semilir
Menyibak putihnya bunga kopi membawa hilang harumnya
Namun meninggalkan putik yang sebentar lagi menguning 

@De #Jaranguda 05-08-2018